Seminggu yang lalu, ketika saya berdiri menunggu hujan di Stasiun Leuwipanjang Bandung, beberapa anak jalanan menyerbu saya, dan berebutan meminta uang. Alasannya untuk makan. Dengan hati yang miris saya memperhatikan pemandangan sore menuju malam itu. Bandung hujan deras. Di sudut sana, beberapa anak hilir mudik menjadi ojek payung. Pakaian mereka lusuh, kehujanan, dan mereka berlarian berebut orang yang mau menggunakan jasa ojek payung dadakan mereka. Lalu di tempat saya menunggu, untuk yang ke sekian kalinya, saya harus melihat pemandangan ini: "ngelem".
Saya ingat ketika hampir tengah malam waktu itu saya datang ke salah satu basecamp atau rumah Anak Jalanan di daerah Dago Bengkok. Mereka anak yang santun & sopan. Entahlah mungkin lingkungan jalanan yang cukup keras yang menempah mereka ikut menjadi anak-anak yang keras di luar sana. Mata saya kemudian tertuju kembali kepada anak-anak jalanan yang bergerombol di dekat saya waktu itu. Satu-satu tangan mereka memegang lem -lem yang biasa kita gunakan untuk sepatu dsbnya, menyembunyikannya di balik kerah baju mereka, lalu menghirupnya beberapa kali. Untuk sebagian besar anak-anak jalanan, "ngelem" dapat memberikan efek menenangkan bagi mereka. Di dalam sekelumitnya kehidupan mereka, apakah ada hal lain yang bisa membuat mereka merasa lebih tenang? Mereka tidak bisa dengan mudah membeli coklat ketika mereka stress. Mereka tidak punya uang untuk bermain dan makan enak di mall-mall ketika mereka jenuh. Mereka tidak punya gadget untuk bermain game dan hiburan lain ketika mereka bosan. Pagi sampai malam mereka bekerja. Menjadi pengamen, menjadi buruh angkut di pasar, dan segala aktivitas fisik lainnya. Lem memang cukup terjangkau untuk dibeli oleh anak-anak jalanan. Di samping efek menenangkan, "ngelem" juga dapat menahan rasa lapar, sehingga seringkali anak-anak jalanan lebih memilih untuk membeli lem ketimbang makanan.
Sempat saya mendengar cerita cita-cita anak-anak jalanan di Pasar Ciroyom. Ada yang bilang mau jadi Presiden dan harga BBM tidak akan pernah mereka naikkan, supaya orang susah bisa tetap hidup. Ada yang bilang mau Pak Haji, biar kalo mati masuk surga, dan beragam cita-cita indah mereka. Mereka masih punya mimpi dalam segala keterbatasan mereka. Dan itu indah sekali.
Sepanjang perjalanan pulang, saya masih berpikir. Mereka tetaplah anak-anak. Kerasnya kehidupan membuat mereka kehilangan masa kecil dan bermain mereka yang seharusnya indah. Melihat mereka, saya pun punya mimpi. Mudah-mudahan Tuhan mengizinkan saya untuk berbuat sesuatu yang baik untuk mereka :)
0 komentar:
Posting Komentar