Senin, 15 Juni 2009

sajak untuk ibu..

0

segores luka pernah tersayat di hatinya
namun buih pedih itu tak pernah tertumpahkan di raut wajahnya
sesosok manusia dengan setiap keping darah dan luka memamah
semua itu bukan apa.
dia adalah lilin yang menyinari di kala gelap,
bulan di kala malam,
dan air yang membasahi setiap dinding tenggorokan
entah berapa lama dia bisa berdiri
berjalan dengan tegak di setapak duri
dan melangkah di atas kerikil.

seribu kata pun tak kan mampu menjelaskan betapa kuatnya dia..

*dedicated for my beloved mom..

coretan kusut (2)

0

senja sudah cukup merah
tapi, ini kami di sini!
meratap, dan gertakan gigi.

kosong.

di antara timbunan sampah orang berada,
dengungan musik salsa dan cha-cha,
di celah-celah gedung pencakar langit,
di antara nasi-nasi basi ini

kami cuma butuh sebuah pengertian

bukan ceramah para petinggi!

coretan kusut (1)

0

kepada angin yang berbisik
dan daun yang bernyanyi.

aku ingin suatu hari menjadi
pohon yang tegap di sampingmu,
dan berjuang bersamamu melawan matahari
lalu ketika malam tiba,
kita bercerita tentang siang dan burung gereja
yang bersua dengan kita.

tapi kini aku si pohon,
adalah batang yang menjadi ranting
diinjak oleh derap kaki manusia
dibakar dan menjadi abu
yang mati sepi sendiri.

aku belajar bahwa

0

aku belajar bahwa, seandainya tidak ada hari esok, maka aku akan melakukan apa yang aku bisa hari ini, sekalipun itu bukan yang terbaik..

aku belajar bahwa, tidak ada manusia super. semua orang pernah menangis..

aku belajar bahwa, akan ada pelangi setelah hujan..

aku belajar bahwa, ketika aku jatuh, aku tidak perlu memikirkan rasa sakitku, melainkan bagaimana aku bisa berdiri lagi..

aku belajar bahwa, Tuhan tidak pernah menciptakan "sampah", dan aku disini karena satu tujuan..

aku belajar bahwa, kita harusnya tidak perlu takut untuk punya mimpi yang besar, karena kita punya Tuhan yang besar..

aku belajar bahwa, menunggu itu memang pekerjaan yang membosankan, tapi tidak apa, karena dalam menunggu, kita belajar berharap..

aku belajar bahwa, aku, kamu, dan mereka, sebenarnya tidak pernah sendirian..

Jumat, 12 Juni 2009

SEKAPUR SIRIH

0

saya sebenarnya memiliki blog lain sebelumnya, namun karena faktor usia yang semakin bertambah (hehe :p), sehingga saya lupa apa alamat dan email blog tersebut, dengan ikhlas hati saya membuat blog baru ini..

terima kasih untuk pelajaran ICT yang akhirnya mendorong saya membuat blog dan menulis lagi, mengingat hampir 2 tahun saja tidak menulis lagi, dan dengan berat hati saya katakan jiwa bohemian saya mulai luntur dengan semakin berkembangnya teknologi. maaf.

saya harap blog ini tak kan terlantar lagi seperti multiply saya sebelumnya.

sebelumnya,

saya adalah seorang mahasiswa IMTELKOM semester 4, menuju semester 5. Setelah mengalami pergolakan batin, doktrin, pengaruh, dan semangat ketika mengambil KRS berwarna hijau, dengan bulat hati saya mengantarkan diri saya ke MEDIA KOMUNIKASI, dengan anggapan bahwa "mungkin gelas saya berbeda dengan gelas orang lain", dan dengan statement itu juga lah akhirnya saya berhasil menyelamatkan seseorang yang hampir saja salah jurusan =)

Dan di saat orang-orang sekarang sibuk memikirkan untuk mengisi liburan dengan SP, saya malah sibuk memikirkan, "saya akan jalan-jalan kemana?" setelah menimbang-nimbang tak akan mengikuti SP mengingat biaya SP per sks bisa memuat saya menangis bombay sehari semalam (agak hiperbolis).

Saya seorang anak perempuan yang akhirnya sekarang bisa menenteng DSLR saat mendaki gunung atau sekedar melancong. Maaf, saya agak menarsiskan kamera tersebut, karena saya butuh waktu 4 tahun menabung untuk dapat memegang dan memutar-mutar lensanya. Dan setelah 1 tahun lebih hanya bisa menempel gambarnya di dinding kamar dan memandanginya setiap sebelum tidur. Hehe.

Jika Anda menanyakan saya tentang sebuah cita-cita?
Mungkin saya tidak akan mengatakan bahwa saya ingin menjadi bos atau direktur. Tidak.
Saya saat ini ingin membayangkan saya menjadi seseorang yang bisa melihat segala kebesaran Tuhan.

Akhirnya, saya cuma ingin menuliskan "semoga blog ini bisa membuat saya terus menulis."

Fenomena FACEBOOK

0






Facebook?

Siapa yang tak tahu Facebook saat ini? Tua-muda, orang tua- remaja, semua punya facebook.
Situs pertemanan sebelumnya, kita kenal dengan Friendster pun mulai ditinggalkan dan tak lagi dijamah oleh para penggunanya.

Lantas, apa yang membuat facebook begitu fenomenal?

Dilihat dari contentnya, facebook mungkin jauh lebih mengasikkan dibandingkan friendster. Ada beberapa keunikan yang mungkin tidak bisa kita temukan layaknya di Friendster.

Adanya fasilitas chat langsung, wall to wall dimana kita bisa mengetahui apa yang ditulis teman kita ke teman lainnya, kuis-kuis yang kadang masuk akal kadang tidak, bahkan kita bisa membuat kuis sendiri, suggestion, kita dapat dengan mudah terhubung dengan teman-teman lama kita entah itu dari SD, SMP, ataupun SMA, dan bahkan kita dapat mengetahui hubungan percintaan teman-teman kita terlihat dari relationship status yang kadang tertulis "single" into "in a relationship". =p

Di sisi lain, ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh facebook. Orang- orang menjadi ketergantungan. Apalagi dengan kemudahan mengakses facebook dari handphone. Fenomena yang kita temui adalah, dimana pun kapan pun, orang- orang selalu mengakses facebook. Sehari saja tak membuka situs ini rasanya ada yang beda. Bahkan, jika Anda turun ke lobi IMTelkom, tampaknya satu-satunya situs yang dibuka oleh mahasiswa adalah facebook.

Dalam hal ini, saya dapat menyimpulkan bahwa dalam suatu bisnis media, inovasi content sangatlah penting. Mengapa Friendster bisa sampai ditinggalkan? Kemungkinan yang dapat saya ambil adalah, karena Friendster tidak menawarkan content seperti yang ada di Facebook.

Bisa jadi, nantinya akan muncul lagi situs-situs yang lebih dibandingkan facebook. Apakah facebook akan ditinggalkan lagi?


Akankah Media Online Mengalahkan Media Konvensional?

0













akankah media massa online mengalahkan media massa konvensional?
apakah media konvensional akan tenggelam seiring dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi dan informasi?

Pertanyaan ini mungkin sudah beberapa kali ditanyakan dalam mata kuliah yang saya ambil di media komunikasi.
Dan, entah kenapa saya tidak bisa mengatakan bahwa media massa konvensional tenggelam perlahan-lahan dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi. Dalam hal ini saya ingin mengkhususkan pada media cetak konvensional, baik itu koran ataupun majalah.

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, kita menemukan kenyataan bahwa dewasa ini memperoleh informasi tak hanya melalui koran, majalah, ataupun tabloid. Adanya jurnalisme online, dimana khalayak pengakses media (dalam hal ini pembaca), dapat mengakses informasi darimana saja dan kapan saja, selama terhubung dengan aplikasi internet. Di sisi lain, jurnalis juga dapat terus mengupdate dan memperbaharui informasi yang mereka temukan di lapangan. Hal ini merupakan suatu advantages untuk media dan pengaksesnya. Namun apakah dengan adanya media massa online lantas masyarakat tak kan lagi menggunakan koran sebagai sumber informasi?

Tak selamanya kita merasa nyaman ketika mengakses berita secara online. Berlama-lama di depan komputer ataupun handphone sebenarnya juga tak begitu baik untuk kesehatan.

Ada sensasi yang berbeda ketika Anda membaca koran di teras rumah sambil minum secangkir kopi atau teh.

Ada sensasi yang berbeda ketika Anda membaca majalah sambil tidur-tiduran dan ngemil beberapa makanan kecil.

Dan bahkan ada sensai yang berbeda ketika Anda membaca koran di dalam WC sambil merokok :p

Entah mungkin jika pada akhirnya media cetak konvensional akan semakin jarang dikonsumsi oleh masyarakat, sensasi yang kita temukan tak akan tergantikan..


sebuah pendakian mengejar matahari terbit

0

gede-pangrango, 31 Mei 2009
"it's not the mountain we conquer,but ourselves."
Mountaineering atau lebih dikenal dengan mendaki gunung/ pendakian adalah sesuatu yang sangat kurang kerjaan bagi sebagian orang. Mungkin iya, dan pandangan itu memang agaknya benar jika dipandang secara logika..
"ngapain gitu kan capek-capek naik ampe ke puncak,toh ntar bakal turun lagi?! apa coba yang mo dicari?"

Dan agak klise, jika saya mengatakan "saya menemukan kepuasan berkali-kali lipat dibandingkan ketika saya berhasil mendapatkan barang yang saya incar di mall."
Namun sayang sekali, itu memang BENAR.

Saya tergabung dalam sebuah unit kegiatan mahasiswa IMTELKOM, bernama Perimatrik (Penempuh Rimba IMTELKOM). Agak ekstrim tampaknya untuk seorang perempuan. Dan saya telah berada disana untuk 2 tahun ini,dan mungkin juga untuk 2 tahun ke depan. Bisa dikatakan bahwa masa kuliah saya akan saya habiskan bersama keluarga saya di Perimatrik.
Dan pendakian ini adalah pendakian pertama saya dan rekan-rekan Kiara Langit membawa nyawa anak orang. Agak merinding mengatakannya.

Gunung Gede-Pangrango terletak di daerah Cibodas, kecamatan Cipanas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Topografi kawasan merupakan pegunungan dengan ketinggian antara 1000-3000 mdpl dengan puncak Gunung Gede yaitu 2958 m dpl, sedangkan Pangrango 3019 mdpl. Suhu udara rata-rata di puncak gunung antara 10-18 derajat celcius pada siang hari dan 5 derajat celcius pada malam hari. Terdiri dari tipe ekosistem sub Montana, sub Alpin, danau, rawa, dan savana dengan jenis flora antara lain Rasamala, Jamuju, Puspa, Cantigi, Lumut, Eidelweiss, dan lain-lain. Beberapa satwa langka antara lain Owa, Surili, Lutung, Kijang, Macan Tutul, Anjing Hutan, dan lain- lain. Sub Montana (1400-2400 meter) dicirikan dengan banyaknya pohon-pohon besar dan tinggi seperti Jamuju dan Puspa. Ekosistem sub Alpin ( di atas 2400 m) dicirikan dengan adanya dataran yang ditumbuhi rumput, bunga Eidelweiss, dan Cantigi.

Pendakian ini sendiri kami mulai pada hari Sabtu pagi,setelah malam harinya kami beristirahat di camp Volunteer Montana. Perjalanan menuju Kandang Badak, shelter favorit para pendaki (selain tempatnya luas, ada sumber mata air sehingga dapat mengisi persediaan air disana) adalah 6,5 jam. Estimasi waktu agak lebih lama dikondisikan dengan banyaknya jumlah calon anggota yang baru pertama kali naik gunung. Besoknya, sekitar pukul 02.30 pagi, kami bersiap-siap untuk mengejar matahari terbit.

Agak susah untuk melakukan perjalanan di tengah malam. Ngantuk pastinya =)
Namun, karena niat melampaui keterbatasan, akhirnya kami berangkat dengan berbekal senter.
Dengan berbagai hambatan, udara yang cukup dingin, dan keadaan yang gelap kami tetap berjalan dengan semangat, walaupun mungkin rasa-rasa mengalami hipoaksia semakin melemahkan langkah kaki. Hipoaksia sendiri adalah suatu kondisi dimana kadar oksigen di dalam otak semakin menurun, sehingga rasa-rasa pusing semakin menekan kepala. Hal ini dipengaruhi oleh ketinggian. Semakin tinggi wilayahnya, semakin sedikit pula kadar oksigen disana. Dan, saya mengalami itu.

Akhirnya, setelah 2,5 jam mendaki, puncak terlihat semakin dekat, ditandai dengan pohon-pohon yang semakin pendek, dan awan yang terlihat dengan mata. Dan, sampailah kami.. Di puncak Gunung Gede 2958 mdpl. Gumaman calon anggota baru tak henti-hentinya saya dengar..

"wow keren!"
"gila,keren bangeeettttt!!"
"akhirnyaaaa...."
"subhanallah"

INILAH HARGA YANG HARUS SAYA BAYAR. PUAS.

Dan, lantas saya tak mau sampai kehilangan fenomena matahari terbit. Saya hampir berlari menuju puncak, sambil menenteng EOS 1000D yang saya narsiskan itu demi mengambil moment Sunrise. Butuh beberapa menit untuk melihat sinar oranye nya di balik gumpalan awan di Puncak Gede. Dan JEPRET! saya berhasil mencapturenya! AMAZING!

Matahari yang saya lihat itu mungkin matahari yang sama seperti Anda lihat di pagi hari.
Namun, yang berbeda disini adalah sensasinya. Tak kan sama rasanya ketika Anda melihat matahari terbit sambil menguap-nguap, dengan ketika Anda melihat matahari terbit setelah bercucuran keringat, dan mengalahkan emosi dan keegoisan Anda.

"Bukan gunung yang kita taklukkan, tapi diri kita."