"it's not the mountain we conquer,but ourselves."
Mountaineering atau lebih dikenal dengan mendaki gunung/ pendakian adalah sesuatu yang sangat kurang kerjaan bagi sebagian orang. Mungkin iya, dan pandangan itu memang agaknya benar jika dipandang secara logika..
"ngapain gitu kan capek-capek naik ampe ke puncak,toh ntar bakal turun lagi?! apa coba yang mo dicari?"
Dan agak klise, jika saya mengatakan "saya menemukan kepuasan berkali-kali lipat dibandingkan ketika saya berhasil mendapatkan barang yang saya incar di mall."
Namun sayang sekali, itu memang BENAR.
Saya tergabung dalam sebuah unit kegiatan mahasiswa IMTELKOM, bernama Perimatrik (Penempuh Rimba IMTELKOM). Agak ekstrim tampaknya untuk seorang perempuan. Dan saya telah berada disana untuk 2 tahun ini,dan mungkin juga untuk 2 tahun ke depan. Bisa dikatakan bahwa masa kuliah saya akan saya habiskan bersama keluarga saya di Perimatrik.
Dan pendakian ini adalah pendakian pertama saya dan rekan-rekan Kiara Langit membawa nyawa anak orang. Agak merinding mengatakannya.
Gunung Gede-Pangrango terletak di daerah Cibodas, kecamatan Cipanas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Topografi kawasan merupakan pegunungan dengan ketinggian antara 1000-3000 mdpl dengan puncak Gunung Gede yaitu 2958 m dpl, sedangkan Pangrango 3019 mdpl. Suhu udara rata-rata di puncak gunung antara 10-18 derajat celcius pada siang hari dan 5 derajat celcius pada malam hari. Terdiri dari tipe ekosistem sub Montana, sub Alpin, danau, rawa, dan savana dengan jenis flora antara lain Rasamala, Jamuju, Puspa, Cantigi, Lumut, Eidelweiss, dan lain-lain. Beberapa satwa langka antara lain Owa, Surili, Lutung, Kijang, Macan Tutul, Anjing Hutan, dan lain- lain. Sub Montana (1400-2400 meter) dicirikan dengan banyaknya pohon-pohon besar dan tinggi seperti Jamuju dan Puspa. Ekosistem sub Alpin ( di atas 2400 m) dicirikan dengan adanya dataran yang ditumbuhi rumput, bunga Eidelweiss, dan Cantigi.
Pendakian ini sendiri kami mulai pada hari Sabtu pagi,setelah malam harinya kami beristirahat di camp Volunteer Montana. Perjalanan menuju Kandang Badak, shelter favorit para pendaki (selain tempatnya luas, ada sumber mata air sehingga dapat mengisi persediaan air disana) adalah 6,5 jam. Estimasi waktu agak lebih lama dikondisikan dengan banyaknya jumlah calon anggota yang baru pertama kali naik gunung. Besoknya, sekitar pukul 02.30 pagi, kami bersiap-siap untuk mengejar matahari terbit.
Agak susah untuk melakukan perjalanan di tengah malam. Ngantuk pastinya =)
Namun, karena niat melampaui keterbatasan, akhirnya kami berangkat dengan berbekal senter.
Dengan berbagai hambatan, udara yang cukup dingin, dan keadaan yang gelap kami tetap berjalan dengan semangat, walaupun mungkin rasa-rasa mengalami hipoaksia semakin melemahkan langkah kaki. Hipoaksia sendiri adalah suatu kondisi dimana kadar oksigen di dalam otak semakin menurun, sehingga rasa-rasa pusing semakin menekan kepala. Hal ini dipengaruhi oleh ketinggian. Semakin tinggi wilayahnya, semakin sedikit pula kadar oksigen disana. Dan, saya mengalami itu.
Akhirnya, setelah 2,5 jam mendaki, puncak terlihat semakin dekat, ditandai dengan pohon-pohon yang semakin pendek, dan awan yang terlihat dengan mata. Dan, sampailah kami.. Di puncak Gunung Gede 2958 mdpl. Gumaman calon anggota baru tak henti-hentinya saya dengar..
"wow keren!"
"gila,keren bangeeettttt!!"
"akhirnyaaaa...."
"subhanallah"
INILAH HARGA YANG HARUS SAYA BAYAR. PUAS.
Dan, lantas saya tak mau sampai kehilangan fenomena matahari terbit. Saya hampir berlari menuju puncak, sambil menenteng EOS 1000D yang saya narsiskan itu demi mengambil moment Sunrise. Butuh beberapa menit untuk melihat sinar oranye nya di balik gumpalan awan di Puncak Gede. Dan JEPRET! saya berhasil mencapturenya! AMAZING!
Matahari yang saya lihat itu mungkin matahari yang sama seperti Anda lihat di pagi hari.
Namun, yang berbeda disini adalah sensasinya. Tak kan sama rasanya ketika Anda melihat matahari terbit sambil menguap-nguap, dengan ketika Anda melihat matahari terbit setelah bercucuran keringat, dan mengalahkan emosi dan keegoisan Anda.
"Bukan gunung yang kita taklukkan, tapi diri kita."
Mountaineering atau lebih dikenal dengan mendaki gunung/ pendakian adalah sesuatu yang sangat kurang kerjaan bagi sebagian orang. Mungkin iya, dan pandangan itu memang agaknya benar jika dipandang secara logika..
"ngapain gitu kan capek-capek naik ampe ke puncak,toh ntar bakal turun lagi?! apa coba yang mo dicari?"
Dan agak klise, jika saya mengatakan "saya menemukan kepuasan berkali-kali lipat dibandingkan ketika saya berhasil mendapatkan barang yang saya incar di mall."
Namun sayang sekali, itu memang BENAR.
Saya tergabung dalam sebuah unit kegiatan mahasiswa IMTELKOM, bernama Perimatrik (Penempuh Rimba IMTELKOM). Agak ekstrim tampaknya untuk seorang perempuan. Dan saya telah berada disana untuk 2 tahun ini,dan mungkin juga untuk 2 tahun ke depan. Bisa dikatakan bahwa masa kuliah saya akan saya habiskan bersama keluarga saya di Perimatrik.
Dan pendakian ini adalah pendakian pertama saya dan rekan-rekan Kiara Langit membawa nyawa anak orang. Agak merinding mengatakannya.
Gunung Gede-Pangrango terletak di daerah Cibodas, kecamatan Cipanas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Topografi kawasan merupakan pegunungan dengan ketinggian antara 1000-3000 mdpl dengan puncak Gunung Gede yaitu 2958 m dpl, sedangkan Pangrango 3019 mdpl. Suhu udara rata-rata di puncak gunung antara 10-18 derajat celcius pada siang hari dan 5 derajat celcius pada malam hari. Terdiri dari tipe ekosistem sub Montana, sub Alpin, danau, rawa, dan savana dengan jenis flora antara lain Rasamala, Jamuju, Puspa, Cantigi, Lumut, Eidelweiss, dan lain-lain. Beberapa satwa langka antara lain Owa, Surili, Lutung, Kijang, Macan Tutul, Anjing Hutan, dan lain- lain. Sub Montana (1400-2400 meter) dicirikan dengan banyaknya pohon-pohon besar dan tinggi seperti Jamuju dan Puspa. Ekosistem sub Alpin ( di atas 2400 m) dicirikan dengan adanya dataran yang ditumbuhi rumput, bunga Eidelweiss, dan Cantigi.
Pendakian ini sendiri kami mulai pada hari Sabtu pagi,setelah malam harinya kami beristirahat di camp Volunteer Montana. Perjalanan menuju Kandang Badak, shelter favorit para pendaki (selain tempatnya luas, ada sumber mata air sehingga dapat mengisi persediaan air disana) adalah 6,5 jam. Estimasi waktu agak lebih lama dikondisikan dengan banyaknya jumlah calon anggota yang baru pertama kali naik gunung. Besoknya, sekitar pukul 02.30 pagi, kami bersiap-siap untuk mengejar matahari terbit.
Agak susah untuk melakukan perjalanan di tengah malam. Ngantuk pastinya =)
Namun, karena niat melampaui keterbatasan, akhirnya kami berangkat dengan berbekal senter.
Dengan berbagai hambatan, udara yang cukup dingin, dan keadaan yang gelap kami tetap berjalan dengan semangat, walaupun mungkin rasa-rasa mengalami hipoaksia semakin melemahkan langkah kaki. Hipoaksia sendiri adalah suatu kondisi dimana kadar oksigen di dalam otak semakin menurun, sehingga rasa-rasa pusing semakin menekan kepala. Hal ini dipengaruhi oleh ketinggian. Semakin tinggi wilayahnya, semakin sedikit pula kadar oksigen disana. Dan, saya mengalami itu.
Akhirnya, setelah 2,5 jam mendaki, puncak terlihat semakin dekat, ditandai dengan pohon-pohon yang semakin pendek, dan awan yang terlihat dengan mata. Dan, sampailah kami.. Di puncak Gunung Gede 2958 mdpl. Gumaman calon anggota baru tak henti-hentinya saya dengar..
"wow keren!"
"gila,keren bangeeettttt!!"
"akhirnyaaaa...."
"subhanallah"
INILAH HARGA YANG HARUS SAYA BAYAR. PUAS.
Dan, lantas saya tak mau sampai kehilangan fenomena matahari terbit. Saya hampir berlari menuju puncak, sambil menenteng EOS 1000D yang saya narsiskan itu demi mengambil moment Sunrise. Butuh beberapa menit untuk melihat sinar oranye nya di balik gumpalan awan di Puncak Gede. Dan JEPRET! saya berhasil mencapturenya! AMAZING!
Matahari yang saya lihat itu mungkin matahari yang sama seperti Anda lihat di pagi hari.
Namun, yang berbeda disini adalah sensasinya. Tak kan sama rasanya ketika Anda melihat matahari terbit sambil menguap-nguap, dengan ketika Anda melihat matahari terbit setelah bercucuran keringat, dan mengalahkan emosi dan keegoisan Anda.
"Bukan gunung yang kita taklukkan, tapi diri kita."
0 komentar:
Posting Komentar