Minggu, 20 November 2016

epilog

0

Aku berharap akan menemukan satu titik,

dimana kita akan berhenti. 


Dimana kita akan meneteskan airmata bahagia,

karena ayah tak perlu bermandikan keringat setiap hari. 


Para lelaki tua tak perlu berdesakan mengangkut barang di gerbong-gerbong kereta.

Ibu-ibu tua tak perlu berteriak nyaring menjajakan makanan.

Dimana kita tak kan lagi melihat orang-orang mengemis karena tak bisa makan,

dan menjual diri pada mulut-mulut pemangsa. 


Tapi dimana?

0 komentar:

Posting Komentar