saya melakukan hal-hal yang cukup tolol untuk ini.
eos bukanlah barang yang murah untuk saya. tak bisa dengan seenak kentut juga mengemis pada orang tua untuk nominal sebesar ini, karena orang tua saya juga bukan konglomerat yang sampai bingung mau membuang uangnya kemana lagi.
mimpi ini mulai tercetus dalam kepala saya sejak kelas 2 SMA. terinspirasi dari kamera fokus super jadul milik kakek saya yang notabene adalah wartawan surat kabar.
saya bukan pembeli efektif dan berdaya beli saat itu. saat masih bergantung pada uang jajan per hari yang hampir selalu habis tanpa sisa. agak berat juga menyalahkan kebiasaan makan saya karena itu manusiawi buat saya *hahaha*
ya ya ya, kelas 2 SMA pun terlewati dengan impian sebatas tulisan di binder.
lalu, entah apa yang saya lihat sebelumnya sampai akhirnya di kelas 3 SMA saya benar- benar bertekad untuk membeli eos. saya mati- matian mengurangi jajan, salah satunya dengan membawa bekal makanan ke sekolah *untungnya bukan cuma saya aja* dan pengeluaran jajan saya benar- benar tertekan saat saya mulai mengalami gejala sinusitis. hampir sebulan saya tidak ikut makan di kantin saking pusingnya.
yap! pada akhir periode, tabungan yang terkumpul hampir sejuta.
yang ada di pikiran saya saat itu adalah "gile, mo berapa tahun lagi nih gw gak makan?!"
sementara ada teman saya yang mulai unjuk gigi dengan canon eosnya, dan ditambah bergaul dengan mas- mas tukang desain buku kenangan yang hampir selalu menenteng kamera fokusnya, saya pun makin mimpi- mimpi ngarep. pada akhirnya mimpi menenteng kamera fokus itu pupus dengan tamatnya masa SMA saya dan cuma bisa tercatat di buku kenangan bahwa saya NOPAI SI PELAUT TUTT TUTT bercita- cita menenteng kamera fokus!
Ini adalah masa kuliah-
kebebasan berekspresi semakin menjadi- jadi. streoform saya pun ikut- ikutan unjuk suara, dengan tulisan "aku ingin punya kamera fokus. syalalalalala.."
apapun itu, saya selalu bilang "aku ingin punya kamera fokus"
dinding kamar saya pun mulai ditempal- tempeli artikel- artikel dan gambar kamera fokus. setiap sebelum tidur saya membayangkan suatu saat saya akan menenteng kamera itu sambil jalan-jalan. isi otak saya hampir penuh dengan kamera fokus *tapi untungnya saya masih sadar kalau tujuan saya ke bandung bukan untuk membayangkan kamera fokus*
dan semua ini saya lakukan setelah membaca buku THE SECRET *bukan mo promosi buku.bukan,bukan*
di buku THE SECRET yang harus saya baca dengan konsentrasi penuh pas malam- malam gak ada suara itu dikatakan bahwa salah satu jalan untuk menarik impian kita adalah dengan terus membayangkannya, termasuk hal- hal agak aneh seperti menempal- nempeli gambar- gambar objek mimpi yang kita inginkan.
pokoknya buku itu tau aja dah kalo gw lagi ngarep banget menuju puncak mimpi gw memiliki kamera fokus. gw sukses menjadi orang setengah tolol. untung masih setengah.
sebodo teuing bodonya, asal gak makan biaya, apapun saya lakukan lah kalo timbang nempeli gambar kamera dari koran dan majalah yang terkatung- katung di kosan.
kayaknya setahun kemudian setelah saya setahun kuliah-
perlahan- lahan jalan mulai terbuka. God is good. tabungan saya mulai memiliki syarat kepemilikan. walaupun pada akhirnya saya membutuhkan waktu hampir setahun juga untuk mengeksekusinya. hampir tidak percaya saat saya menenteng bungkusannya ke mobil. berkali- kali saya mencubit pipi saya untuk membuktikan ini bukan mimpi. dan beberapa jam saya cukup melongo di kamar sambil memandangi eos 1000d baru saya. harganya mungkin tak seberapa untuk kaum borjuis dan elite, karena eos punya saya itu termasuk eos termurah dari segala eos dan mungkin juga eos murahan bagi fotografer- fotografer kelas atas. tapi kebodohan- kebodohan *menurut saya* yang telah saya lakukan yang bahkan tak bisa membayarnya.
saya percaya bahwa apa yang saya bayangkan dalam benak saya, akan saya genggam dalam tangan saya.
dan itu terjadi!
eos bukanlah barang yang murah untuk saya. tak bisa dengan seenak kentut juga mengemis pada orang tua untuk nominal sebesar ini, karena orang tua saya juga bukan konglomerat yang sampai bingung mau membuang uangnya kemana lagi.
mimpi ini mulai tercetus dalam kepala saya sejak kelas 2 SMA. terinspirasi dari kamera fokus super jadul milik kakek saya yang notabene adalah wartawan surat kabar.
saya bukan pembeli efektif dan berdaya beli saat itu. saat masih bergantung pada uang jajan per hari yang hampir selalu habis tanpa sisa. agak berat juga menyalahkan kebiasaan makan saya karena itu manusiawi buat saya *hahaha*
ya ya ya, kelas 2 SMA pun terlewati dengan impian sebatas tulisan di binder.
lalu, entah apa yang saya lihat sebelumnya sampai akhirnya di kelas 3 SMA saya benar- benar bertekad untuk membeli eos. saya mati- matian mengurangi jajan, salah satunya dengan membawa bekal makanan ke sekolah *untungnya bukan cuma saya aja* dan pengeluaran jajan saya benar- benar tertekan saat saya mulai mengalami gejala sinusitis. hampir sebulan saya tidak ikut makan di kantin saking pusingnya.
yap! pada akhir periode, tabungan yang terkumpul hampir sejuta.
yang ada di pikiran saya saat itu adalah "gile, mo berapa tahun lagi nih gw gak makan?!"
sementara ada teman saya yang mulai unjuk gigi dengan canon eosnya, dan ditambah bergaul dengan mas- mas tukang desain buku kenangan yang hampir selalu menenteng kamera fokusnya, saya pun makin mimpi- mimpi ngarep. pada akhirnya mimpi menenteng kamera fokus itu pupus dengan tamatnya masa SMA saya dan cuma bisa tercatat di buku kenangan bahwa saya NOPAI SI PELAUT TUTT TUTT bercita- cita menenteng kamera fokus!
Ini adalah masa kuliah-
kebebasan berekspresi semakin menjadi- jadi. streoform saya pun ikut- ikutan unjuk suara, dengan tulisan "aku ingin punya kamera fokus. syalalalalala.."
apapun itu, saya selalu bilang "aku ingin punya kamera fokus"
dinding kamar saya pun mulai ditempal- tempeli artikel- artikel dan gambar kamera fokus. setiap sebelum tidur saya membayangkan suatu saat saya akan menenteng kamera itu sambil jalan-jalan. isi otak saya hampir penuh dengan kamera fokus *tapi untungnya saya masih sadar kalau tujuan saya ke bandung bukan untuk membayangkan kamera fokus*
dan semua ini saya lakukan setelah membaca buku THE SECRET *bukan mo promosi buku.bukan,bukan*
di buku THE SECRET yang harus saya baca dengan konsentrasi penuh pas malam- malam gak ada suara itu dikatakan bahwa salah satu jalan untuk menarik impian kita adalah dengan terus membayangkannya, termasuk hal- hal agak aneh seperti menempal- nempeli gambar- gambar objek mimpi yang kita inginkan.
pokoknya buku itu tau aja dah kalo gw lagi ngarep banget menuju puncak mimpi gw memiliki kamera fokus. gw sukses menjadi orang setengah tolol. untung masih setengah.
sebodo teuing bodonya, asal gak makan biaya, apapun saya lakukan lah kalo timbang nempeli gambar kamera dari koran dan majalah yang terkatung- katung di kosan.
kayaknya setahun kemudian setelah saya setahun kuliah-
perlahan- lahan jalan mulai terbuka. God is good. tabungan saya mulai memiliki syarat kepemilikan. walaupun pada akhirnya saya membutuhkan waktu hampir setahun juga untuk mengeksekusinya. hampir tidak percaya saat saya menenteng bungkusannya ke mobil. berkali- kali saya mencubit pipi saya untuk membuktikan ini bukan mimpi. dan beberapa jam saya cukup melongo di kamar sambil memandangi eos 1000d baru saya. harganya mungkin tak seberapa untuk kaum borjuis dan elite, karena eos punya saya itu termasuk eos termurah dari segala eos dan mungkin juga eos murahan bagi fotografer- fotografer kelas atas. tapi kebodohan- kebodohan *menurut saya* yang telah saya lakukan yang bahkan tak bisa membayarnya.
saya percaya bahwa apa yang saya bayangkan dalam benak saya, akan saya genggam dalam tangan saya.
dan itu terjadi!
whoaaa..ikut tarharu baca posting ini hei teman satu frekuensi!! Meski umur kita kayaknya ada jeda yg panjang, tapi ternyata selera kita nyaris serupa, kamu yg berpikir tuwa atau aku yg berpikir muda? ah, sudahlah..gak penting :D
BalasHapusyg penting, kamu berhasil punya 1000D ya..selamat, meskipun sekarang lagi rusak juga :p