Rabu, 31 Maret 2010

AGEN NEPTUNUS

0

sudah hari kedua sejak senin menuju selasa, sejak saya mulai terhipnotis dan terjebak dalam "perahu kertas"

ya. perahu kertas. sebuah novel hasil rekomendasi seorang teman saya, Ignatius Fredy Sitindaon a.k.a pretty. hoow, cinta damai prett >o<
saya belum pernah membaca karya Dee sebelumnya, tapi judul ini cukup membuat saya tertarik. sederhana. dan bocah sekali. mengingatkan saya pada masa kecil yang cukup terbilang menyenangkan dengan sekumpulan perahu kertas. perahu kertas dari kertas-kertas ulangan yang bernilai jelek.

saya tak pernah tahu sinopsis cerita ini sebelumnya. pretty cuma bilang cerita percintaan. cuma saya pikir ini agak bombastis karena berhasil membius si kribo itu untuk menghabiskan satu kertas hanya untuk mencoret-coret nama Kugy sepanjang mata kuliah content development. seperti orang kesurupan. si kribo Fredy, bertampang rambo, berhati pinkan mambo (lagi, cinta damai ya fred) bisa terpikat, tersanjung, sampai terpeleset sama cerita itu?! wah, kalo Fredy ngga mental ama cerita begini, saya harus nyoba. pokoknya indikatornya Fredy. patokannya Fredy.

akhirnya setelah menempuh beberapa hari untuk mempertimbangkan, membeli atau meminjam (biasa insting mahasiswa, selama bisa menikmati yang gratisan, kenapa ngga? ngga ada yang lebih murah daripada gratis *ting ting ting*), saya putuskan untuk membeli. karena mengingat kapasitas saya yang tak mungkin bisa membaca buku berhalaman 400an lebih itu dalam waktu sehari-dua hari, sementara si pretty pengennya cepet-cepet dibalikin, karena bakal kangen sama si Kugy. mulai bodoh. ckckck. efek yang sangat dahsyat man.

perahu kertas sampai juga di tangan saya. setelah harus menempuh perjalanan pulang hujan-hujanan, dan setengah mati menyelamatkan si perahu kertas agar tidak keseret banjir bandang.

tak ada niat yang lebih mulia selain memberantas kebodohan, salah satunya dengan membaca buku.yeah! saya merencanakan untuk membaca si perahu kertas di hari libur kuliah saya. tapi sayang sekali, tangan saya cukup aktif untuk membuka chapter 1 dari 46 chapter. niat yang tadinya hanya ingin "menyicil" membaca berimbas pada aksi "baca buku sampai habis". jadilah saya, menghabiskan malam menghajar fajar untuk membaca buku. cukup 1 hari. boro-boro menunggu libur kuliah. 434 halaman tuntas dalam semalam. mata hampir jatuh. tugas manajemen proyek pun terbengkalai. fantastis si perahu kertas.

..............

AGEN NEPTUNUS

jika satu kebiasaan dan ritual aneh saya, adalah naik *a**i, maka Kugy Karmachameleon adalah menghanyutkan perahu kertas di aliran air. entah di got, di empang, di kali, apapun itu. aliran air yang ia yakini akan sampai di laut. sampai kepada neptunus.

ia meyakini dirinya adalah agen neptunus. mata-mata neptunus yang dikirim ke darat untuk melaporkan apapun yang terjadi di darat.

saya cukup terharu dengan kebiasaan ini.
mungkin memang ditakdirkan harus ada orang-orang aneh untuk menyemarakkan bumi ini.

si agen neptunus ini, pada akhirnya menginspirasikan saya tentang sesuatu. tentang "suara" yang pernah saya abaikan dulu. tentang "jiwa" yang pernah saya tinggalkan dulu. dan tentang "hati" yang pernah saya lupakan dulu.

MENULIS.

cita-cita yang pernah saya lupakan karena pikiran dan pandangan saya yang semakin realistis. kerealistisan yang membatasi cara berkhayal saya. sampai akhirnya itu mati. dan tidak ada awalnya lagi setelah bertahun-tahun. saya ingat bagaimana dulu saya smp senang sekali menulis. di buku diary, di buku tulis, bahkan di kertas- kertas kosong yang walaupun pada akhirnya berbuangan entah kemana. saat saya masih tidak peduli apakah yang saya tulis itu masuk akal atau tidak.

realitas yang mengubur cita-cita saya menjadi wartawan, karena "wartawan? mau jadi apa? mau makan apa?"
ya. realitas yang harus saya akui. "wartawan mau makan apa?"
pekerjaan yang sangat beresiko, tapi tidak cukup menjanjikan (di mata orang tua)

entah apa yang salah, karena darah kakek saya cukup kental dalam diri saya. idealisme dan cita-cita yang sama. hanya bedanya, dia berhasil mencapainya. dan saya tidak.

dialah sosok wartawan yang membuat saya belajar menulis hingga saat ini. seseorang yang menginspirasikan saya bahwa betapa banyaknya hal yang dapat kita tulis tentang dunia ini. tentang hidup yang singkat ini.

entah agen neptunus ini dapat menggerakkan jari saya sampai akhir atau tidak.

dan jika ini adalah sebuah perahu kertas, saya cuma ingin menyampaikan hal ini kepada neptunus,

"yth.neptunus, terimakasih untuk agenmu yang telah menginspirasikan saya tentang satu hal. saya ingin menulis lagi. suatu saat, saya ingin membaca tentang kehidupan yang saya tulis. jadi jangan biarkan saya untuk berpikir realistis..."


Selasa, 23 Maret 2010

PERAN DAN PENGARUH KONTEN LOKAL DALAM PROSES PENDIDIKAN

0

Coba tanyakan anak-anak zaman sekarang, siapa yang hari-harinya tidak menonton televisi? Terlepas dari apakah yang ditonton adalah acara anak-anak ataupun acara-acara music dewasa yang secara tidak langsung membuat mulut mereka bernyanyi-nyanyi lagu dewasa. Kesannya memang kurang ideal buat anak-anak, namun itulah ironisme yang terjadi di kehidupan anak-anak sekarang.

Televisi memang media yang paling ampuh untuk menyerbu audiencenya dengan segudang informasi dan hiburan. Anak-anak tahu lagu The Potters karena televisi, anak-anak tahu Spongebob karena televisi, anak-anak tahu si Unyil karena televisi, bahkan mereka tahu Upin-Ipin juga karena televisi.

Entah media cukup menyadari akan pentingnya konten-konten local yang mendukung proses pendidikan atau tidak bagi anak-anak, yang jelas adalah, munculnya beberapa program yang sifatnya edutainment adalah kemajuan yang cukup positif. Kenapa konten local? Karena konten luar negeri seperti Sesame Street ataupun Dora dengan “siblings-nya” si Diego, belum tentu memiliki persamaan budaya dengan Indonesia. Karena itu, jika memang harus diadaptasi, saya rasa memang perlu disesuaikan dengan kultur/budaya bangsa Indonesia sendiri. Paling tidak dari bahasa dulu saja. Namun untungnya, dengan adanya konten-konten luar negeri yang diadaptasi, bukan berarti mematikan konten-konten local yang made in Indonesia asli, seperti Bolang, aka Bocah Petualang, Laptop si Unyil, Dunia Air, dan lain sebagainya.

Saya agak cukup aware dengan beberapa tayangan televisi yang ditonton adik saya yang paling kecil. Sesuai pada sifatnya, anak-anak memang sangat menjauhi tayangan-tayangan yang sifatnya membosankan. Jangankan anak-anak, saya saja cukup bosan dengan tayangan edukasi yang 100% isinya pendidikan. Salah dua tayangan yang sering kami nikmati bersama tiap siang hari adalah Laptop si Unyil, dan Dunia Air. Program ini sangat membantu pemahaman akan sesuatu, terkadang bahkan menambah pengetahuan dan informasi bagi anak-anak. Ilustrasi-ilustrasi yang diberikan dalam bentuk animasi yang didukung oleh audiovisual yang menarik membantu pemahaman anak-anak dari pengetahuan dasar yang mereka miliki sebelumnya. Bahkan mungkin ada hal-hal baru yang didapatkan dari program edutainment seperti Unyil, misalnya. Sebagai contoh, ketika saya dan adik saya menonton tayangan si Unyil, ada informasi yang menurut kami baru, yaitu dimana adanya Watermelon Day di India yang diperingati setiap hari Kamis, untuk membiasakan anak-anak sekolah dengan pola makan yang sehat, dan menjauhi junk-food. Atau mungkin, program Dunia Air yang mendukung pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adik saya di sekolahnya. Banyak sekali pengetahuan/ informasi yang bisa dimanfaatkan dari konten-konten local Indonesia yang bersifat edutainment. Apalagi, pada dasarnya anak-anak adalah tipe-tipe “audiovisual”, menurut saya. Karena mereka lebih dapat cepat menyerap dan menangkap apa yang mereka lihat dan mereka dengar, dibanding harus membaca buku-buku pelajaran yang sesuai perkembangan zaman sekarang sudah semakin tebal seperti buku-buku anak kuliahan.

Untuk itu, akhir kata, saya ingin mengatakan, MARI KITA DUKUNG KONTEN LOKAL UNTUK MASA DEPAN ANAK-ANAK INDONESIA,YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH

Senin, 15 Maret 2010

PENDIDIKAN ALA INSTITUSI VERSUS PENDIDIKAN ALA MEDIA

0


Jika pendidikan adalah sebuah proses belajar dan mengajar dalam sebuah wadah/ institusi pendidikan, bagaimana halnya dengan media interaktif atau program TV edukasi yang mengusung konsep edutainment?

Arti dari belajar-mengajar sendiri adalah proses mendapatkan pengetahuan atau mengembangkan kemampuan dan kebiasaan baru. Lantas, apakah pendidikan hanya dapat dikatakan sebuah proses belajar-mengajar apabila sebuah institusi yang melakukannya?

TIDAK. Mari kita lihat.

Edutainment adalah bentuk hiburan yang dirancang untuk mendidik serta menghibur. Pendek kata, hiburan kita dapat, pengetahuan pun kita raih. Audience tak perlu sampai berlagak mengerutkan dahi (atau memang mengerutkan dahi) untuk berpikir keras dan mencernanya mati-matian. Dan akhir-akhir ini, media (dalam hal ini televisi) sudah cukup banyak membuat program TV yang sifatnya edutainment, baik itu yang ditujukan untuk anak-anak, maupun orang dewasa. Tak sebatas Dora, dan semacamnya, program- program televisi pada siang menuju sore hari biasanya cenderung mengarah kepada edutainment. Laptop si Unyil misalnya, banyak informasi ataupun pengetahuan yang tak hanya bermanfaat kepada anak-anak, bahkan saya sendiri pun yang notabene seorang mahasiswa. Pengetahuan yang didapat dari program- program TV seperti ini biasanya lebih bersifat insight, karena penyampaiannya yang memang bukan secara formal, selain itu lebih memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada masing- masing audiencenya.

Konsep edutainment sendiri dirasa sangat membantu dalam penyampaian informasi maupun pengetahuan karena kecenderungan audience (baik anak-anak maupun dewasa) pada umumnya yang merasa bosan dengan program TV yang 100% edukasi. Rasanya sangat manusiawi sekali, saya pun demikian. Karena itulah mengkombinasikan entertainment dan education merupakan upaya yang tepat dalam rangka ikut mencerdaskan anak bangsa. Dan pada kenyataannya pun, apa yang disampaikan lebih mudah diingat dan disimpan. Karena mungkin hal- hal tersebut didukung oleh audiovisual yang baik, ditambah dengan adanya ilustrasi animasi yang dapat lebih membantu anak-anak maupun orang dewasa sendiri untuk memahami dan mengingatnya.

Tanpa mengabaikan pendidikan formal yang dilakukan oleh institusi, baik keduanya, pendidikan formal yang diberikan oleh wadah/ institusi pendidikan formal, maupun pendidikan informal (informasi ataupun pengetahuan) yang disampaikan oleh media adalah sama baiknya, dan saling melengkapi. Pendidikan formal di sekolah ataupun kampus tidak lebih baik, begitu pun program-program TV edutainment. Pendidikan formal dapat memberikan pemahaman dasar kepada seseorang sebelum ia memperoleh pemahaman yang lebih dalam melalui apa yang ia lihat di media misalnya. Dan ada beberapa hal yang mungkin tidak didapatkan melalui pendidikan formal, namun bisa didapatkan melalui program- program TV edutainment, ataupun sebaliknya. Terutama untuk pengetahuan umum yang terkadang tak disampaikan oleh guru/pengajar di sekolah atau di kampus, ataupun yang tidak disebutkan di buku ataupun literature kampus.

Pada akhirnya, saya menyimpulkan bahwa, baik pendidikan yang berasal dari lembaga/institusi pendidikan maupun pendidikan yang berasal secara informal dari program- program TV yang berkonsep edutainment adalah sama pentingnya. Dan sangat penting untuk menumbuhkan dan menciptakan lebih banyak program yang sifatnya mendidik (sekaligus menghibur) daripada harus mem-beranak pinang-kan reality- reality show penuh kebohongan dan penipuan publik.

Senin, 08 Maret 2010

Sejauh Mana Indonesia Akan Sanggup Menghadapi Masa Depan Yang Modern dan Berbasis Teknologi Yang Mudah Diakses?

0

Apa yang dipikirkan orang- orang ketika mendengar kata teknologi? Kebanyakan dari mereka akan mengatakan INTERNET. Ya, internet memang merupakan salah satu bentuk teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang sangat cepat.

Siapa yang tidak mengenal Facebook? Siapa yang tidak mengenal YouTube? Siapa yang tidak mengenal Kaskus? Semuanya dapat dikatakan sebagai "buah karya" internet yang semakin canggih dan berkembang. Segala sesuatunya menjadi mudah, praktis, menghemat waktu dan biaya. Masih ingat tentunya bagaimana "tradisi" kita berkomunikasi ataupun mencari- cari lagu yang kita sukai, ketika 7 sampai 8 tahun yang lalu? Dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lumayan mahal agar tujuan dapat tercapai. Namun lihatlah sekarang, tak perlu sampai Rp 20.000 (perbandingan rata-rata harga kaset zaman dulu) untuk mendapatkan semuanya.

Jauh daripada itu, internet juga dirasa sangat membantu dalam dunia pendidikan. Manfaat internet yang paling terasa di kampus adalah dengan adanya sistem database online untuk mahasiswa maupun dosen yang memungkinkan mahasiswa ataupun dosen lebih mudah mengakses segala sesuatu yang berkaitan dengan perkuliahan, sekalipun sedang tidak berada di lingkungan kampus. Dan yang akhir-akhir ini sedang marak-maraknya yaitu sistem e-learning (belajar jarak jauh) atau lebih tepatnya sistem e-course (kuliah jarak jauh) yang memungkinkan mahasiswa dan dosen melakukan perkuliahan ataupun proses belajar- mengajar di luar jam kuliah (tanpa harus bertatap muka secara langsung). Beberapa universitas di Indonesia sudah mulai menerapkan sistem ini untuk mendukung perkuliahan mereka agar tetap berjalan. Di samping menghemat waktu, juga menghemat biaya. Saat ini kita sudah tidak bisa heran lagi dengan banyaknya "e-" yang mulai berkembang.

Lantas sejauh mana Indonesia akan sanggup menghadapi masa depan yang modern dan berbasis teknologi yang mudah diakses? Fakta yang terjadi dewasa ini memang mengarah pada kondisi yang mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi maupun melakukan komunikasi melalui internet, misalnya dengan munculnya produk-produk telepon seluler (handphone) yang terfasilitasi internet, tempat- tempat umum yang menyediakan fasilitas hotspot/ wifi, warung-warung internet (warnet), ditambah bermunculannya berbagai jenis modem internet yang semakin mempermudah masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Namun dengan biaya akses internet yang masih tergolong cukup mahal di Indonesia, ke depannya bisa menjadi faktor penghambat dalam menghadapi masa depan yang semakin modern dan canggih. Walaupun rasanya tak bisa disalahkan juga mengapa biaya akses internet di Indonesia bisa cukup mahal. Tak lain karena penggunaan internet oleh user Indonesia yang lebih banyak mengakses ke situs luar negeri dibandingkan ke situs dalam negeri sendiri, sehingga ISP (Internet Service Provider) harus mengeluarkan biaya yang cukup besar agar bandwidth luar negeri tersebut dapat digunakan oleh penggunanya. Biaya akses internet pun pada akhirnya menjadi lebih mahal. Bersyukurlah jika sekarang biaya akses internet perlahan- lahan mulai turun dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Meski itu pun masih belum semurah biaya akses internet di luar negeri, seperti Jepang dan Singapura misalnya. Memang, akan membutuhkan usaha yang cukup keras untuk Internet Service Provider di Indonesia, karena tak bisa dipungkiri bahwa internet sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang.

Dan yang perlu juga diperhatikan adalah, sebanyak dan secanggih apapun suatu teknologi, akan memberikan manfaat apabila teknologi itu mudah diakses dan masyarakat mengerti bagaimana menggunakannya. Melihat perkembangan dan pengaruh internet yang sedemikian besarnya saat ini saja, bagaimana nanti? Modernisasi dan globalisasi yang terjadi akan semakin mendorong manusia untuk mau tak mau dapat beradaptasi dengan teknologi yang ada. Jika tidak, mereka akan ketinggalan. Dan untuk itu, berilah kemudahan semudah mungkin untuk masyarakat dalam mengakses teknologi informasi dan komunikasi, seperti internet, yaitu denga menawarkan biaya akses yang murah pula, agar masyarakat Indonesia, secara merata, dari berbagai usia, dan kelas sosial- ekonomi dapat mengenal dan menggunakan internet. Apalagi jika dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia dapat mengembangkan dan mengandalkan teknolgi dan contentnya sendiri, tanpa harus menjadi follower ataupun "korban teknologi", saya pikir Indonesia akan lebih baik dari sekarang dan lebih siap dalam menghadapi masa depan yang modern.

Rabu, 03 Maret 2010

suryakencana.

0

entah apa yang kita pikirkan
ketika menaruh setumpukan ransel- ransel ini
dan entah apa juga yang kita lakukan
ketika kaki mulai melangkah di antara suara jangkrik dan hutan sepi

udara suryakencana cukup dingin menusuk untuk membuat kita mati
tanah dan batu gunung putri pun cukup menertawakan keringat dan peluh kita yang bertetesan
di atas badan- badannya

tapi langkah kita belum bisa berhenti
karena tak ada alasan untuk itu
sebelum kita menapaki kaki di puncaknya

dan di antara hamparan padang eidelweiss yang dingin dan sepi
kita berpikir akan Keagungan Tuhan
dan keindahan Surga.

16 KILOMETER

0

sebuah catatan perjalanan menuju 16 kilometer pantai UJUNG KULON..

prolog:
16 kilometer UJUNG KULON adalah perjalanan ter- fiuh bagi saya, ter- hiks, bahkan ter- arghhhhhh! saya bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana tragedi 15 MENIT LAGI! itu terucap berkali- kali selama perjalanan. 15 menit yang terjadi selama hampir 36 kali. sungguh fantastis *sial*

susur pantai UJUNG KULON adalah pengalaman pertama saya dalam susur-menyusur. dan jika dikategorikan dengan perjalanan- perjalanan saya sebelumnya, perjalanan ini termasuk kategori WOW CAPE DEH! yang ratingnya 11 12, atau malah 11 13 mungkin, dengan perjalanan mendaki gunung Putri, menuju alun- alun Suryakencana, yang membuat saya hampir bengek sesak nafas *agak lebai*

oke, now see the inlay for details.

bandung.
perjalanan ini dimulai pada pukul 05.00 subuh dari kampus saya, Institut Manajemen Telkom, yang terletak di daerah Gegerkalong Hilir. diperlukan waktu kira- kira setengah jam lebih untuk sampai di terminal Leuwipanjang (dalam kondisi pagi dan tidak begitu macet)
pukul 06.00 kami berangkat dari Leuwipanjang menuju Jakarta yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam, dilanjutkan dengan perjalanan menuju terminal Serang, Banten sekitar 1-1,5jam.

dari terminal Serang, perjalanan pun dilanjutkan menuju desa Tanjung Jaya, dengan menggunakan Elp, yang membutuhkan waktu sekitar 5 jam. desa Tanjung Jaya adalah titik kami akan memulai penyusuran, dan desa ini adalah daerah terujung dari daerah SUMUR.

kami menginap di salah satu rumah warga untuk semalam sebelum memulai perjalanan. dan saya suka sekali karena tak perlu khawatir tentang makanan disini. untuk orang-orang yang tergolong pecinta seafood, apalagi ikan, ini akan menjadi 'surga' bagi kalian, karena sangat mudah mendapatkan makanan seperti ini disini. posisi desa ini yang terletak tepat di pinggir pantai tampaknya membuat ikan dan seafood-seafood lainnya menjadi makanan yang sudah umum disini. yah, ibarat orang bandung makan ayam lah.

dan ada sebuah dermaga, yang bisa banget dijadikan objek hunting foto. sayangnya saya tidak dapat melampiaskan hasrat menjepret saya, karena waktu itu telah malam. kebayang pagi hari di dermaga dengan debur ombak dan langit yang biru indahnya seperti apa.

esok paginya sekitar pukul 09.30 perjalanan pun dimulai. ada 2 titik yang harus ditempuh disini, yaitu KALEJETAN 9 km, dan KARANG RANJANG 7 km.

perjalanan menuju KALEJETAN dilakukan dengan menyusuri hutan. track nya tidak begitu menanjak dan tergolong cukup landai, dan perlu menyeberangi beberapa jembatan bambu yang cukup membuat orang silindris terganggu :p
hanya, hati-hati saja di hutan ini, karena nyamuknya besar- besar dan tergolong sangat ganas.
dibutuhkan waktu sekitar 4,5 jam untuk sampai di KALEJETAN, dengan sabana di pinggir pantainya. nice!

dari KALEJETAN, kami berangkat pukul 15.00 menuju KARANG RANJANG. dan disinilah, puncak penderitaan dimulai. ya, kami mulai sangat menderita di track ini. setelah menyusuri hutan sebentar, kami bertemu dengan medan pantai yang berpasir dalam. sangat berat rasanya menyusuri medan seperti ini sambil membawa carrier. ada beberapa jam kami menyusuri pantai berpasir seperti ini. hujan yang tiba- tiba turun membuat saya cukup stres untuk menyelamatkan kamera DSLR saya (sudah dihantam asinnya air laut, dihantam air hujan pula). hal ini cukup memperlambat pergerakan kami.

setelah dihadapkan pada berjam- jam melewati track pasir, kami pun membelok masuk kembali ke hutan, karena karang besar yang langsung berbatas dengan laut tak memungkinkan untuk dilewati. namun, jangan melewatkan bagian setelah ini! karena setelah keluar dari hutan, kami diperlihatkan sebuah Karya Agung Tuhan yang benar- benar indah. pantai dengan karang- karang yang indah di tengah laut. pemandangan yang hampir sama dengan yang saya lihat di film LASKAR PELANGI. speechless. keren banget!
sebuah penyesalan terbesar saya tak bisa mengabadikannya karena harus melanjutkan perjalanan kembali, mengingat waktu sudah hampir sore.

perjalanan yang dijanjikan 15 MENIT LAGI yang terucap berulang-ulang kali selama perjalanan ternyata bukan janji manis. saya kira benar- benar akan sampai dalam waktu 15 menit lagi, dan dengan semangat 45 saya hidupkan handphone, lalu memutar lagu HAPPY- nya Alexia. ternyata, nyanyian sumbang kami itu berujung pada airmata. setelah keluar-masuk hutan, pasir, dan kini giliran karang- karang. hari sudah hampir gelap, dan kami masih harus menerima kenyataan bahwa setelah karang, kami harus menghadapi pasir yang dalam kembali.

akhirnya kami tiba di tujuan, sekitar pukul 06.30 malam. tak ada mulut yang berhenti mengoceh karena perjalanan gila ini. benar- benar kaki terasa sudah tidak pada tempatnya lagi.
"kalo bisa gw tinggal aja, gw copot tu kaki, trus gw tenteng!", ocehan-ocehan yang berasaskan emosi sangat banyak terdengar di akhir perjalanan hari ini.

UJUNG KULON adalah pantai yang indah, dan bersiap-siaplah "make a wish" disini, karena banyak sekali bintang jatuh di malam hari :)
tinggal pasang posisi ala METEOR GARDEN.

keesokannya kami pulang dengan track yang berbeda. track yang jauh lebih pendek, yang membuat kami merasa habis tertipu oleh Kang Dedi, warga sana yang menjadi Tour Guide kami. memang dasar.
track pulang kali ini seperti biasa, melewati hutan, pasir, ditambah bonus track hutan mangrove dan sungai air tawar, dan plus plus menyeberangi genangan air laut yang cukup sepaha, dan cukup membuat celana basah kuyup, dan pada akhirnya membuat kami terpaksa menyelamatkan carrier dengan gaya orang mudik, agar carrier tidak ikut basah kuyup.

dahsyat memang. bahkan setelah sampai di desa Tanjung Jaya pun, ternyata kami harus berjalan selama 1 jam lebih untuk sampai di curug.
air so jauh! kaki gw benar- benar copot! tinggal ditenteng.

this is WOW. bersiap-siaplah untuk reparasi kaki. tapi, segala sesuatunya terbayar. trust it.



Senin, 01 Maret 2010

DREAM.EOS AND EOS.

1


saya melakukan hal-hal yang cukup tolol untuk ini.

eos bukanlah barang yang murah untuk saya. tak bisa dengan seenak kentut juga mengemis pada orang tua untuk nominal sebesar ini, karena orang tua saya juga bukan konglomerat yang sampai bingung mau membuang uangnya kemana lagi.

mimpi ini mulai tercetus dalam kepala saya sejak kelas 2 SMA. terinspirasi dari kamera fokus super jadul milik kakek saya yang notabene adalah wartawan surat kabar.

saya bukan pembeli efektif dan berdaya beli saat itu. saat masih bergantung pada uang jajan per hari yang hampir selalu habis tanpa sisa. agak berat juga menyalahkan kebiasaan makan saya karena itu manusiawi buat saya *hahaha*

ya ya ya, kelas 2 SMA pun terlewati dengan impian sebatas tulisan di binder.

lalu, entah apa yang saya lihat sebelumnya sampai akhirnya di kelas 3 SMA saya benar- benar bertekad untuk membeli eos. saya mati- matian mengurangi jajan, salah satunya dengan membawa bekal makanan ke sekolah *untungnya bukan cuma saya aja* dan pengeluaran jajan saya benar- benar tertekan saat saya mulai mengalami gejala sinusitis. hampir sebulan saya tidak ikut makan di kantin saking pusingnya.

yap! pada akhir periode, tabungan yang terkumpul hampir sejuta.

yang ada di pikiran saya saat itu adalah "gile, mo berapa tahun lagi nih gw gak makan?!"

sementara ada teman saya yang mulai unjuk gigi dengan canon eosnya, dan ditambah bergaul dengan mas- mas tukang desain buku kenangan yang hampir selalu menenteng kamera fokusnya, saya pun makin mimpi- mimpi ngarep. pada akhirnya mimpi menenteng kamera fokus itu pupus dengan tamatnya masa SMA saya dan cuma bisa tercatat di buku kenangan bahwa saya NOPAI SI PELAUT TUTT TUTT bercita- cita menenteng kamera fokus!

Ini adalah masa kuliah-

kebebasan berekspresi semakin menjadi- jadi. streoform saya pun ikut- ikutan unjuk suara, dengan tulisan "aku ingin punya kamera fokus. syalalalalala.."

apapun itu, saya selalu bilang "aku ingin punya kamera fokus"

dinding kamar saya pun mulai ditempal- tempeli artikel- artikel dan gambar kamera fokus. setiap sebelum tidur saya membayangkan suatu saat saya akan menenteng kamera itu sambil jalan-jalan. isi otak saya hampir penuh dengan kamera fokus *tapi untungnya saya masih sadar kalau tujuan saya ke bandung bukan untuk membayangkan kamera fokus*

dan semua ini saya lakukan setelah membaca buku THE SECRET *bukan mo promosi buku.bukan,bukan*

di buku THE SECRET yang harus saya baca dengan konsentrasi penuh pas malam- malam gak ada suara itu dikatakan bahwa salah satu jalan untuk menarik impian kita adalah dengan terus membayangkannya, termasuk hal- hal agak aneh seperti menempal- nempeli gambar- gambar objek mimpi yang kita inginkan.

pokoknya buku itu tau aja dah kalo gw lagi ngarep banget menuju puncak mimpi gw memiliki kamera fokus. gw sukses menjadi orang setengah tolol. untung masih setengah.

sebodo teuing bodonya, asal gak makan biaya, apapun saya lakukan lah kalo timbang nempeli gambar kamera dari koran dan majalah yang terkatung- katung di kosan.

kayaknya setahun kemudian setelah saya setahun kuliah-

perlahan- lahan jalan mulai terbuka. God is good. tabungan saya mulai memiliki syarat kepemilikan. walaupun pada akhirnya saya membutuhkan waktu hampir setahun juga untuk mengeksekusinya. hampir tidak percaya saat saya menenteng bungkusannya ke mobil. berkali- kali saya mencubit pipi saya untuk membuktikan ini bukan mimpi. dan beberapa jam saya cukup melongo di kamar sambil memandangi eos 1000d baru saya. harganya mungkin tak seberapa untuk kaum borjuis dan elite, karena eos punya saya itu termasuk eos termurah dari segala eos dan mungkin juga eos murahan bagi fotografer- fotografer kelas atas. tapi kebodohan- kebodohan *menurut saya* yang telah saya lakukan yang bahkan tak bisa membayarnya.

saya percaya bahwa apa yang saya bayangkan dalam benak saya, akan saya genggam dalam tangan saya.

dan itu terjadi!